Kecelakaan di jalan tol lebih besar
dibanding kecelakaan di jalan berbelok-belok, becek atau jalan berlubang. Saya
dengar, di jalan tol Padaleunyi saja, dalam setahun, telah terjadi sekitar dua
ratus kecelakaan. Angka ini lebih banyak di banding kecelakaan di jalan raya
biasa.
Begitu pula dalam hidup. Kenyamanan
dan keserbacukupan berpotensi melenakan dan menghancurkan. Anak-anak yang
dibesarkan dalam suasana serba mudah, lebih rentan tergelincir. Mereka pun
cenderung mudah kalah saat di hadapkan pada kondisi sulit. Berbeda dengan
anak-anak yang lahir dan dibesarkan dalam kondisi serba sulit. Mereka akan jauh
memiliki daya tahan dalam mengarungi hidup. Betapa banyak orang sukses
mengawali hidupnya dari kondisi serba darurat. Ketika kesulitan menghadang,
mereka akan menghadapinya dengan senyuman. Mengapa? Karena kesulitan sudah jadi
“mainan” sehari-hari.
Ibaratnya, hidup serba mudah seperti
jalan tol, lurus, rata, konstan dan mudah diprediksi belokannya. Sedangkan
hidup serba susah bagaikan berkendaraan di jalan penuh kelokan. Sulit
diprediksi, dinamis, menuntut konsentrasi dan kehati-hatian ekstra. Sehingga
kecelakaan lebih dapat diminimalisasi.
Kalau kita cermati, ternyata ada kemiripan antara kecelakaan di jalan raya dengan kecelakaan dalam hidup. Khususnya bila dilihat dari penyebabnya. Mari kita lihat.
Kalau kita cermati, ternyata ada kemiripan antara kecelakaan di jalan raya dengan kecelakaan dalam hidup. Khususnya bila dilihat dari penyebabnya. Mari kita lihat.
- Ngantuk karena tidak pandai mengukur kemampuan diri. Dalam hidup, kalau seseorang tidak pandai menyikapi hidup dan mengukur kemampuan dirinya, maka ia akan mudah tergelincir
- Ugal-ugalan. Orang yang ugal-ugalan dalam hidup, tidak memakai perhitungan matang, tergesa-gesa mengambil keputusan, kehidupannya pasti berantakan.
- Nyetir sambil menelepon. Mirip dengan orang yang lalai, tidak waspada dan berdisiplin. Ia kurang bisa menempatkan sesuatu pada tempatnya. Akibatnya sungguh fatal.
- Ceroboh, tidak terampil menggunakan rem misalnya, mirip orang yang tidak terampil mengendalikan nafsu. Kita dapat menduga apa yang akan terjadi pada orang yang kurang terampil mengendalikan nafsu, hati akan mengeras, susah akur, tamak, dsb.
- Tidak memiliki persiapan matang, tidak memeriksa kendaraan sebelum berangkat. Hal ini mengingatkan kita betapa pentingnya melakukan persiapan dan perencanaan matang sebelum beraktivitas. Gagal merencanakan sama artinya dengan merencanakan gagal. Orang yang tidak memiliki perencanaan dalam hidupnya, berpeluang besar untuk gagal.
- Belum lancar mengendarai. Dalam hidup, kalau kita tidak terampil dan terlatih menghadapi masalah, akan membuat hidup terasa ruwet dan getir. Di sinilah pentingnya amal yang berkesinambungan di bawah dibimbing seorang pelatih profesional. Dalam hidup, pembimbing kita adalah Alquran dan hadis.
- Tidak tahu rambu-rambu lalu lintas, sama artinya dengan tidak memahami aturan hidup yang digariskan agama. Atau, orang yang mengetahui adanya rambu-rambu lalu lintas, namun tidak mau menaatinya.
Kehidupan kita tidak jauh beda
seperti seorang yang mengendarai mobil di jalan. Maka berhati-hatilah menjalani
kehidupan ini agar kita selamat menuju alam akhirat, seperti kita menghindari
kecelakaan di jalan raya.
Posting Komentar